Selasa, 21 Juni 2011
Pemberat APBN 2011
Senin, 20 Juni 2011
Siapa dia?
Sabtu, 18 Juni 2011
Apa kabar reserve bungee di Palembang?
Jumat, 17 Juni 2011
Wacana Macet
Rabu, 15 Juni 2011
Jakarta peringkat 15 di Asia
Selasa, 14 Juni 2011
(Semoga Suka) Listrik Prabayar
- Listrik Prabayar tidak mengenakan abodemen bulanan seperti listrik pascabayar selama ini dan tidak ada denda selama tidak melakukan pengisian pulsa listrik. Pengeluaran jadi sedikit hemat. Jika rumah kita tidak kita tempati dalam waktu lama, kita tidak perlu mengeluarkan biaya abodemen dan jangan takut meteran dicabut karena menunggak tagihan.
- Terhindar dari kelebihan pembayaran oleh karena kesalahan pencatatan meteran oleh petugas. Sering dijumpai petugas meteran tidak mencatat dengan benar angka meteran yang membuat kita membayar lebih atas listrik yang tidak kita pergunakan pada bulan yang sama. Pengembalian kelebihan dilakukan dengan merestitusi tagihan bulan berikutnya. Padahal kelebihan tersebut dapat dipergunakan untuk membiayai kebutuhan lain.
- Terhindar dari kejahatan yang mengatasnamakan petugas meteran. Ada teman kantor saya yang rumahnya dibobol maling yang berkedok petugas meteran yang hendak melakukan pencatatan meteran.
- Jika rumah kita disewakan maka kita akan terhindar dari kelakukan penyewa yang tidak bertanggung jawab. Banyak kejadian penyewa yang menggunakan fasilitas kredit tanpa bertanggung jawab mendekati berakhirnya masa kontrak sewa. Dengan listrik prabayar kita yang mengkontrol pemakaian listrik penyewa. Jika tidak menyetorkan uang listrik maka penyewa tidak akan menikmati listriknya. Adil kan?
- Menghemat waktu dan biaya dengan membeli pulsa listrik kapan saja. Biasanya mendekati batas akhir pembayaran, kantor PT. PLN dipadati banyak pelanggan untuk menghindari denda. Waktu kita tidak terbuang dengan membeli pulsa listrik di saat melakukan penarikan tunai di anjungan tunai mandiri.
Minggu, 12 Juni 2011
Kebakaran Hari ini
Kamis, 09 Juni 2011
Mau dibawa ke mana (Indonesiaku)?
Global Competitiveness Index (CGI) menempatkan daya saing Indonesia pada urutan ke 44 dari 139 negara. Peringkat ini lebih baik dari anggota G20 (gerakan negara-negara yang memiliki perekonomian besar/utama di dunia), lainnya seperti India, Afrika Selatan, Brasil dan Rusia, yang masing-masing berada di peringkat 51, 54, 59 dan 63. Peringkat Indonesia malah tidak lebih baik dari negara ASEAN lainnya yang tidak tergabung dalam G20, yaitu Malaysia di peringkat 27 dan Singapura di peringkat 3.
Indikator yang dugunakan CGI untuk memeringkat 139 negara itu adalah lembaga (birokrasi), infrastruktur, kesehatan lingkungan, ekonomi makro dan pendidikan dan pelatihan dasar, efisiensi pasar yang baik, efisiensi pasar tenaga kerja, pengembangan pasar keuangan, kesiapan teknologi kesiapan, ukuran pasar, kecanggihan bisnis dan inovasiJika melihat indikator tersebut sepertinya Indonesia hanya mengandalkan ukuran pasar dan ekonomi makro. Dengan jumlah penduduk yang mendekati angka 250 juta jiwa tentunya Indonesia adalah ukuran pasar yang besar. Ukuran pasar yang besar berimbas juga pada ekonomi makro yang besar pula. Hal ini tercermin dari pendapatan domestik bruto (PDB) yang mencapai USD. 750 milyar. Selebihnya Indonesia masih perlu banyak perbaikan.
Keberhasilan Indonesia menyabet peringkat 111 dari 180 negara terkorupsi di dunia menurut Political & Economic Risk Consultancy (PERC) menjadi faktor pengurang dalam hal daya saing kita. Malaysia (56) dan Singapura (3) jauh lebih baik dari segi birokrasi yang bersih. Sudah rahasia umum jika berurusan dengan pemerintah kita harus menyiapkan biaya tambahan di luar apa yang tertulis.
Mengenai infrastruktur, saya ada sedikit cerita dari teman saya yang baru pertama kali berkunjung ke Singapura. Selama di Singapura kami memanfaatkan jasa bus pariwisata dan bus sepertinya tidak terhambat jalannya oleh karena lubang. Begitu tiba kembali ke Indonesia melalui Batam, kami juga dijemput oleh bus menuju tempat peristirahatan kami. Bus sering menghindari lubang bahkan harus masuk lubang jika tidak ada celah untuk menghindar. Teman saya itu berkata "Saya kira masih di Singapura, ternyata kita sudah di Indonesia." Saya balas dengan pertanyaan "Memangnya kenapa?" Jawab beliau "Nih busnya tidak lancar karena banyak lubang"
Dari kesehatan lingkungan juga bisa terlihat bagaimana Indonesia jauh tertinggal dari tetangga dekatnya. Jika berjalan di Orchard Road (Singapura) atau sedikit bermain di sekitar Dataran Merdeka (Kuala Lumpur) pasti kita bisa menemukan burung-burung yang bermain sampai ke tanah. Burung pun merasa bahwa kota ini dapat menjadi tempatnya.
Pendidikan dan pelatihan dasar, orang-orang Indonesia tidak terlalu terampil sehingga bekerja pun tidak bisa maksimal. Negara-negera pengimpor pembantu rumah tangga lebih senang menggunakan jasa tenaga kerja dari Filipina ketimbang Indonesia. Kenapa? karena orang Filipina mahir berbahasa Inggris. Para majikan tidak perlu bersusah payah mengajari mereka menggunakan alat elektronik karena pembantu itu dapat mempelajarinya sendiri dari buku panduannya berbahasa Inggris. Ada cerita juga dari pemandu wisata saya sewaktu berkunjung ke Malaysia tahun 2007. Ibu berjilbab itu bercerita kalau lebih senang anaknya bersekolah di sekolah cina yang berbiaya tinggi daripada sekolah negeri yang lebih murah. Di sekolah negeri anaknya hanya mendapatkan menguasi 2 bahasa (Inggris dan Melayu) sedangkan di sana ada tambahan bahasa cina yang sudah menjadi bahasa internasional. Jadi pangsa lapangan kerja anaknya pun lebih luas menurut wanita yang katanya pulang ke daerah Sunway.
Berbicara inovasi dan kecanggihan teknologi juga bisa dilihat siapa yang lebih baik. Lihat saja bagaimana mudahnya menjangkau Kuala Lumpur International Airport (KLIA) dan Low Cost Carrier Terminal (LCCT) dengan menggunakan bus, taksi dan Line Rapid Transit (LRT). Bandingkan jika kita hendak ke bandara Soekarno Hatta. Mesti mempertimbangkan macet dan banjir. Kecanggihan teknologi dapat membantu meningkatkan peluang bisnis yang baik.
Bagaimana produk kita dapat bersaing jika biaya produksi tinggi. Birokrasi menuntut biaya di luar ketentuan. Proses produksi dikerjakan tenaga kerja yang hanya menuntut hak lebih tanpa mengerti keadaan. Distribusi barang memerlukan biaya tambahan karena jalan rusak. Sistem yang masih tradisional yang tidak efisien dan efektif juga dapat membengkak biaya produksi.
Untung saja Malaysia dan Singapura memiliki penduduk dan luas yang lebih kecil daripada Indonesia. Jika sama saja, mau ke mana Indonesiaku
Rabu, 08 Juni 2011
Untuk Penderita Osteoartritis
Selasa, 07 Juni 2011
Percaya dengan Data KTP?
Minggu, 05 Juni 2011
Berubahlah (Pak Polisi) Demi Semua
Pegawai Negeri Sipil (Tetangga Ibuku)
Bangun Pagi, matahari sudah bersinar terik dan awan mulai membiru. Terdengar suara ibuku sedang menyapu sesuatu di depan rumahnya. Sambil bergumam ibuku tetap beraksi dengan sapunya.
Ternyata beliau sedang membersihkan jalan depan rumahnya dari sampah-sampah bekas popok anti basah bayi dan popok bulanan wanita. Sampah-sampah itu berasal dari rumah di depan rumah ibu karena isterinya memiliki bayi yang berumur kurang dari setahun. Sampah yang dibuang di tanah kosong sebelah rumah ibu diacak-acak oleh anjing milik rumah sebelahnya yang juga di depan rumah ibu.
Pemilik anjing itu seorang nenek tua yang tidak berpendidikan dan anjing itu hanya seekor binatang yang tidak memiliki akal pikiran. Sebelah rumah pemilik anjing itu adalah seorang Pegawai Negeri Sipil yang sedang menyelesaikan gelar magisternya di universitas lokal. Isterinya seorang ibu rumah tangga dengan gelar terakhir diploma seperti yang disebutkan pada saat mereka menikah.
Ongkos kebersihan sampah itu hanya sebesar Rp. 15,000.00 (lima belas ribu Rupiah) tiap bulannya. Rasanya untuk seorang Pegawai Negeri Sipil ongkos kebersihan sekitar Rp. 500,00 (lima ratus Rupiah) sehari demi kebersihan dan keindahan bersama rasanya bukan hal yang berat.
Hal yang sama dilakukan juga dilakukan oleh rumah di belakang rumah ibuku. Sampah kecil seperti bungkus sabun, botol plastik dan sebagainya dibuang ke saluran air kotor di depan rumahnya sedangkan sampah besar dibuangnya ke tanah kosong di belakang rumahnya. Sewaktu hujan rumahnya kebanjiran, padahal pemilik rumah itu seorang kontraktor beristerikan seorang Pegawai Negeri Sipil dengan jabatan kepala sekolah dasar negeri di daerah.
Berselang 2 rumah dari rumah ibuku, terdapat rumah seorang Pegawai Negeri Sipil juga yang berdinas di Dinas Kesehatan di daerah. Isterinya seorang ibu rumah tangga yang suka membuang sampah di tanah kosong di sebelah rumah ibu. Memang rumahnya tidak terkena banjir karena kontur rumahnya di tanjakan.
Berita yang sering didengar adalah gaji Pegawai Negeri Sipil selalu dinaikan tiap tahunnya dan bahkan ada yang diberikan renumerasi tapi Rp. 15,000.00 seperti sangat berat dikeluarkan dari kantong. Apakah karena gaji pelayan masyarakat itu katanya terlalu kecil atau memang tabiat mereka yang tidak ada rasa memiliki kebersihan lingkungkan bersama.
Indonesia... Indonesia... siapa yang peduli dengan keindahan dan kebersihanmu? "jonggos"mu saja tidak
Rabu, 01 Juni 2011
Police Officer @ Simpang Sekip Traffic Light
I pay attention the situation, it happens to the riders because they were not complete their bike with a pair of rear-view mirrors. They just put a rear-view mirror only.
According to Article 285 of Law of the Republic of Indonesia Number 22/2009 on Road Traffic and Transportation, driving a motorcycle without using rear-view mirrors will be subject to 1 month imprisonment or a fine of IDR 250, 000.00. maximally.
Both riders were just installed a rear-view mirror and are referred to article 48 only the rear-view mirror. But they are still herded into the police station.
Now who's the crime? the policeman, the riders or legislature that does not make clear the rules with?