Selasa, 25 Oktober 2011

Kecelakan di China dan Indonesia

Dalam satu bulan terakhir, dunia digemparkan oleh rekaman CCTV tertabraknya Wang Yue, bocah berumur 2 tahun dari Foshan, propinsi Guangdong. Bocah malang ini tertabrak sebanyak 2 kali dan meninggal setelah mendapatkan perawatan intensif. Terakhir, berita tertabraknya seorang bocah yang hendak pergi sekolah oleh seorang sopir truk. Bocah malang dari Beijing bernama Maoke Xiong ini tewas ditempat setelah dilindas truk yang sama sebanyak 2 kali. Setelah berunding selama 7 jam, keluarga korban akhirnya menyerahkan Ao Yong, si sopir truk maut ke pihak berwajib untuk menjalani proses hukum di China.

Dunia banyak mengecam kebiadaban perilaku orang China yang sangat tidak peduli terhadap sesama ketika Wang Yue tergeletak selama hampir 7 menit dengan luka berat. Dunia juga mengecam bagaimana pernyataan sopir truk maut dari Luxian yang mengilas Maoke Xiong sebanyak 2 kali agar bocah ini mati sehingga dia tidak perlu membayar biaya pengobatan korban.

Secara moral memang terkesan sangat sadis, tapi setidaknya orang China sangat menjunjung hukum. Para penabrak diproses secara hukum yang berlaku. Penabrak Wang Yue akhirnya tertangkap berkat hasil rekaman tayangan CCTV. Penabrak Maoke Xiong juga diserahkan oleh keluarga korban kepada pihak berwenang. Jika kejadian ini di Indonesia, rasanya penabrak Wang Yue dan Ao Yong rasanya akan bernasib sama dengan korban, yaitu dihakimi massa. Bahkan kendaraan untuk menabraknya juga akan dibakar oleh massa karena alasan kesal dengan ulah penabrak.

Orang yang menabrak orang sampai tewas memang biadap, tapi jika melakukan hal yang sama dengan orang biadap dengan menghakiminya dan membakar kendaraan yang menabrak, kita juga biadap.

Minggu, 23 Oktober 2011

Cerita : Tuhan, Ibu, Anak & Seorang Nenek

Ada seorang anak menanyakan kepada ibunya tentang Tuhan. "Bu, Tuhan itu rupanya seperti apa?". Si ibu menyuruh anaknya pergi ke taman dekat rumahnya tempat banyak orang berkumpul. "Pergilah ke taman dekat sekolahmu dengan membawa kue-kue ini untuk bekalmu" kata Ibunya. "Berhati-hatilah di taman nanti". Si anak pergi ke taman dan si ibu menunggu di rumah.
Si anak pergi ke taman sesuai permintaan ibunya untuk menemukan jawaban yang ditanyakannya kepada ibunya. Di taman itu, si anak berjumpa dengan seorang nenek cukup tua yang sedang duduk di bangku taman. Si anak duduk satu bangku dengan nenek itu. Nenek itu hanya tersenyum melihat anak yang baru duduk di bangkunya. Si anak memberikan kue yang dibawanya ke nenek tersebut. Si nenek kembali tersenyum seketika setelah si anak memberikan kue tersebut ke nenek itu. Si anak kembali membagi kuenya kepada nenek tersebut. Tak lama kemudian di nenek berlalu dari si anak. Dan si anak pun kembali ke rumahnya untuk mendapati ibunya.
Mendapati anaknya sudah pulang, si ibu langsung bertanya kepada anaknya."Bagaimana rupa Tuhan nak?" tanya si ibu. "Rupanya tua, benarkan Bu?". Ibunya membalas "Ibu tadi bertemu Tuhan, tapi rupanya seperti anak kecil, yang meminta air minum setelah keletihan mengayuh sepeda"
Pesan : cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, cintailah sesamamu manusia seperti engkau mencintai dirimu sendiri. Sesiapa yang menolong sesama, dia telah melakukannya untuk Tuhan.

Senin, 10 Oktober 2011

Kaya (tanpa selesai sekolah)

Menamatkan kuliah dan meraih banyak gelar akademik belum tentu menjamin akan hidup bergelimang harta. Setidaknya 6 orang ini membuktikan bahwa gelar akademik bukan segala-galanya.

Bill Gates pernah sebagai mahasiswa di Harvard tapi ia meninggalkan kampus tanpa gelar untuk memulai perusahaan Microsoft-nya
Mark Zuckerberg meninggalkan pendidikannya di Harvard untuk pindah ke Lembah Silikon karena meraksasanya program Facebook-nya
Ralph Lauren, meninggalkan City College of New York, sekolah bisnis desain, pada tahun yang sama dia meluncurkan merek dagang Polo.
Mantan Juri American Idol, Simon Cowell, putus sekolah pada usia 16 dan bekerja di bagian surat-surat perusahaan rekaman EMI. Pada usia 23, ia memiliki perusahaan rekaman sendiri bernama Fanfare
Steven Spielberg adalah orang yang gagal mendapatkan izin masuk ke sebuah lembaga pembuatan film. Tapi sekarang karyanya malah mendunia dan legendaris.

Steve Jobs, pendiri dan CEO perusahaan berlambang apel tergigit ini pernah terdaftar sebagai mahasiswa Reed College di Oregon selama hanya satu semester saja.

Selasa, 04 Oktober 2011

Pengemis Ber-HP

Sewaktu pulang melakukan kewajiban profesionalku, aku sempat singgah di salah satu rumah makan di bilangan kolonel atmo Palembang. Sambil menyantap mie halal aku mengamati seorang ibu tua yang sedang duduk di depan toko. Dengan pakaian yang lusuh dan gerakan tubuhnya yang mengacungkan tangan kepada setiap orang yang berjalan di depan toko terlihat sepertinya ibu yang berbadan sedikit tambun ini berptofesi sebagai pengemis.

Rasa iba sedikit menyeruak ke benakku. Jika acara santap siangku selesai maka sisa recahan akan kuberikan kepada ibu tua itu berkulit sawo matang sekali itu. Ketika hendak membersihkan mulut dan tanganku, aku melihat fenomena yang di luar dugaanku. Ibu tua tadi berdiri dari tempatnya menuju tempat lain sambil melakukan gerakan sedikit bersembunyi. Ternyata ibu tua itu mengangkat telepon selular dari balik kaos pemenangan salah satu calon Gubernur yang dikenakannya. Ibu tua itu berbincang kurang lebih selama 2 menit entah dengan siapa.

Ternyata pengemis sekarang tidak seperti dulu lagi. Sudah tidak gagap teknologi, meskipun dari kejauhan terlihat telepon selular yang dikuasainya bukan menggunakan teknologi QWERTY dan memiliki layar berwarna. Sambil keluar rumah makan itu aku hanya tersenyum kecil ke arah ibu itu yang mengadahkan tangannya ke arahku. Apakah sekarang telepon selular tidak ada harganya lagi atau sudah menjadi kebutuhan primer setiap orang? What a life.

(Jalan Terakhir adalah) Bahasa Tubuh

Untuk mencari sesuatu di Chinatown Singapore, kita tidak biasa sepenuhnya menggunakan bahasa Inggris atau Singlish di daerah tersebut. Tidak semua orang yang berdagang di daerah Chinatown mengerti dengan bahasa internasional ini. Saya jadi ingat kejadian tahun 2007 saat saya mencari obat ambien temanku karena penyakit tersebut kambuh saat kami liburan. Berobat ke dokter, selain tidak tahu di mana dan bagaimana tentunya akan menguras dompet kami cukup dalam. Pilihan jatuh ke toko obat tradisional di daerah Chinatown. 

Sebelum berbelanja di sana kami singgah di toko obat yang berada di jalan New Bridge. Toko yang berada di depan Komplek People's Park ini dijaga oleh seorang wanita dan seorang pria etnis cina. "are you have medicen for 'ambien'?". Wanita bertubuh mungil itu menyuratkan raut kebingungan dibalik kacamata tebalnya. Dalam benakku, wanita ini tidak mengerti istilah 'ambien' atau tidak mengerti bahasa Inggris dengan baik. Aku coba jelaskan apa itu ambien. "ambien is blood from your ass". Wajah wanita berambut lurus sebahu itu masih terlihat kebingungan bukan tersinggung karena aku mengatakan "ass". Bingung bagaimana menjelaskan kepada wanita yang sepertinya tidak mengerti ambien dan kurang akrab dengan bahasa Inggris.

Tanyaku "Medicine you know?" dijawab "OK" olehnya. Aku coba menggunakan bahasa tubuh biar dia tahu maksudku. Aku mulai menggunakan telunjukku yang aku ibaratkan sebagai pisau. Aku goreskan telunjukku ke lengan kananku. Aku mainkan jemariku untuk menunjukkan efek darah yang keluar dari lenganku dengan sedikit mimik muka kesakitan. Wanita yang mengenakan baju berwarna coklat muda ini tersenyum. Entah mengerti atau dia senang menertawakan tingkahku yang aneh. Lalu aku menunjuk pantatku sebagai arti bahwa darah yang keluar dari pantat. Kuulangi peragaan sampai 3x. "Wait.. wait... wait..." perintah wanita itu. Dia lalu menghampiri teman lelakinya yang berada di dekat meja kayu besar. Dengan bahasa seperti bahasa mandarin dia bercakap-cakap dengan pria yang mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna gelap. Tidak lama pria itu mengambil sebuah kotak obat berwarna putih oranye dari lemari kaca yang berada di belakang tempat aku memperagakan bahasa tubuhku tadi. 

Obat tradisional cina itu tertulis dalam bahasa cina tapi ada huruf latin tertera di bawah tulisan cina tersebut yang mungkin juga nama obat tersebut yaitu "Phien Xi Huang". Di belakang kotak tertulis tentang khasiat obat tersebut yang tertulis dalam bahasa Inggris. "anal fistula". Ternyata ambien itu anal fistula. "OK, I take this" pintaku. Sewaktu memberikan aku kembalian wanita itu mengatakan dengan Singlishnya "(the important thing isyou know i know la ha".

Dan obat berwarna hitam pekat berbentuk bulat ini memang manjur mengecilkan radang bahkan menghentikan pendarahan ambien. Terima kasih buat cece yang tidak sempat kutanyakan namanya.