Kamis, 11 Agustus 2011

Kata Maaf di Indonesia

Pada saat National Day Parade di Marina Bay, Singapura, hari Selasa, 09 Agustus 2011 dihelat, tampak satu pemandangan yang kurang baik untuk perkembangan nasionalisme. Seorang wanita yang bertugas sebagai anggota parlemen tertangkap kamera televisi tengah berkonsentrasi dengan telepon genggamnya di saat lagu kebangsaan Singapura bergumandang. Wanita berumur 44 tahun yang memberikan preseden buruk bagi generasi muda tentang nasionalisme itu bernama MP. Low.

Kejadian ini memang kelihatannya kecil tapi karena dilakukan oleh orang yang "terhormat" jadinya besar. Akhirnya MP. Low memberikan permohonan maafnya atas kejadian itu melalui situs jejaring sosialnya pada keesokan harinya.

Politisi yang berjiwa besar juga dimiliki Indonesia yang juga tersandung kejadian tak terduga seperti yang dialami MP. Low. Ya, dia adalah Arifianto, seorang politisi yang tertangkap kamera tengah melihat video porno pada komputer tabletnya saat berlangsung sidang paripurna. Dengan jiwa besar dia meminta maaf atas perbuatannya yang tidak pantas dilakukan oleh anggota dewan yang "terhormat".

Tapi tidak banyak yang berjiwa besar dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi terhadap negaranya. Di Indonesia, hampir sebagian besar politisi justru memupuk muka tembok cina dan tidak pernah merasa bersalah.

Paling sering yang terlihat di mata kita adalah kegiatan "tidur bareng" anggota Dewan yang terhormat pada saat sidang tentang rakyat. Ada anggota Dewan yang terhormat yang (mungkin) salah melihat jadwal penerbangannya merangsek masuk ke pesawat yang bukan jadwalnya. Dengan senjata kalimat "kamu tahu siapa saya?" dan lambang burung garuda di baju dengan seenaknya merusak sistem ketertiban dan keteraturan. Banyak juga anggota Dewan yang terhormat yang fotonya beredar bersama wanita yang sepertinya tanpa busana tapi harus menunggu dijatuhi sanksi dari badan kehormatan baru merasa bersalah. Ada juga yang sampai "menyembunyikan" isteri yang tengah menjadi tersangka sampai melibatkan interpol tapi tetap bisa tertawa di televisi dan mengatakan sangat mencintai isterinya (daripada negaranya seperti sumpahnya sewaktu dilantik). Ada juga anggota Dewan yang terhomat yang sudah menjadi tersangka, terus menikmati gaji dari keringat rakyatnya, melarikan diri ke amerika latin sambil menonton perhelatan sepakbola dunia. Ditangkap interpol dan dipulangkan dengan pesawat carteran yang ke Indonesia dengan biaya kurang lebih Rp. 4 milyar.

Tidak ada kata maaf yang terucap dari mulut mereka bahkan menyalahkan media yang telah membuat berita yang tidak seimbang. Kata maaf itu seperti hanya diucapkan saat hari raya keagamaan tertentu. Maaf itupun hanya formalitas agar terlihat citra baik di depan para konstituen mereka. Sungguh tingkah laku buruk yang tengah dipertontonkan kepada generasi penerus bangsa. "Mau dibawa ke mana (negara ini ?)"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar