Melihat berita tentang Cathay Pacific yang diguncang skandal foto mesum antara flight attendant (pramugari/pramugara) dan pilot yang beredar luas di dunia maya (
youtube) jadi ingat proses penerimaan pegawai tang pernah diadakannya di Jakarta, Mei 2008.
Lowongan kerja dibuka melalui salah satu surat kabar nasional dengan sistem lamaran on-line. Nothing to lose saya mencoba untuk sedikit melihat dunia tidak hanya asia tenggara saja dan kalaupun beruntung tidak ada salahnya hijrah ke Hongkong. Posisi yang dilamar dan lolos tahap administrasi adalah indonesian speaking flight attendant (home base Hongkong).
Berbekal undangan melalui ratron saya, paspor, kartu tanda penduduk dan pasfoto berwarna terbaru, saya mengkuti daftar ulang yang diadakan di Hotel Mulia Senayan Jakarta pada pukul 15:30 WIB. Datang harus tepat waktu karena perusahaan asing yang mendunia pasti beda dengan perusahaan lokal yang kacangan.
Setelah pendaftaraan ulang dilakukan kami semua dimasukan ke dalam 1 ruang besar untuk mengikuti tes pertama yaitu arm reach. Setiap peserta diminta merentangkan tangan ke atas untuk melewati batas 2,18 meter (kalau tidak salah). Peserta yang kurang tinggi dan tidak dapat melewati jangkauan batas tersebut langsung dipersilahkan keluar. Test ini diperlukan karena bagasi di cabin pesawat mereka tingginya 2,18 meter. Jika melewati tes ini maka akan dipersilahkan duduk untuk mengikuti sesi "company profile".
Setelah semuanya sudah duduk, langsung diputarkan video tape melalui proyektor tentang bagaimana Cathay Pacific bisa dari hanya menggunakan 2 pesawat bekas perang dunia hingga menjadi seperti sekarang. Setelah selesai maka dilanjutkan oleh paparan dari seorang wanita berparas cukup berumur. Wanita berambut seperti Demi Moore dalam film Ghost ini ternyata berasal dari Palembang, dia tinggal di daerah Sekip. Beliau menceritakan tentang tahapan test berikutnya yaitu : diskusi kelompok, test kemampuan bahasa inggris dan interview user.
Setelah sedikit mengantuk dengan penjelasan test, mata dan telinga akhirnya sedikit terbuka lebar mendengar pengalamannya dan semakin berusaha menjadi salah satu yang mereka cari di sini. Wanita yang bergabung dengan Cathay Pacific sejak tahun 1983 membuka ceritanya dengan kalimat "Kehidupan flight attendant Cathay Pacific itu bak jetset. Kenapa? karena menurut Flight Attendant Manager yang dulunya tinggal di Sekip, Palembang ini, kita bisa makan pagi di Indonesia, makan siang di Hongkong dan bermalam di Tokyo. Tubuh kita pun bisa menjadi toko dunia. Tas yang dibelinya katanya dibelinya di Spanyol, blazer yang dikenakan olehnya itu dibelinya di New York, dan sepatunya dari Italy. Selain itu selama berpergian keliling dunia tidak ada yang namanya menginap di hotel bintang 3, semuanya minimal bintang 4 dengan tambahan uang saku yang fantastis. Menurutnya uang saku termurah adalah jika bertugas ke Indonesia, itupun per harinya dibayar Rp. 800.000,- (delapan ratus ribu Rupiah). Ceritanya semakin membuat semangat membara dengan salah satu kalimat penutupnya "dunia ini seperti rumah kita".
Selesai cerita manisnya, kita dibagi beberapa kelompok untuk memasuki sesi berikutnya yaitu diskusi kelompok. Kelompokku terdiri dari 9 orang yang didudukkan secara melingkar dengan diawasi oleh seorang wanita keturuan china. Wanita yang menggunakan busana T-Shirt putih ini memberikan arahan dengan bahasa Inggris tentang aturan diskusi. Kami diberi waktu 30 menit untuk mendiskusikan tentang bagaimana memberikan tour pendidikan kepada mahasiswa Jepang yang hendak mempelajari kebudayaan dunia dalam waktu seminggu. Pengawas yang mengenakan celana bahan ini cuma mengamati diskusi kami dari luar lingkaran. Dengan pena dan beberapa lembar kertas kecil dia menyimak diskusi kami.
Setelah 30 menit dihabiskan dengan mendiskuksi topik tadi, dia langsung memberikan surat beramplop kepada masing-masing peserta. Dia meminta kami untuk membukanya ketika keluar ruangan karena acara penerimaan hari ini telah berakhir. Para peserta membicarakan isi surat yang dibagikan tersebut. Saya mendapatkan isi yang intinya saya menunggu panggilan dari mereka maksimal 2 minggu sejak tanggal ini. Jika tidak dipanggil dalam waktu 2 minggu maka saya diperkenankan untuk memasukkan lamaran baru lagi melalui website mereka. Teman satu kelompok diskusi saya, seorang wanita berperawakan oriental mendapatkan isi surat yang berbeda dengan saya. Isinya memintanya untuk kembali ke hotel ini lagi besok jam 08:00 WIB untuk "english test". Sudah bisa ditebak, saya belum beruntung.
Sambil menunggu jemputan karena gema adzan maghrib sudah berkumandang, saya sedikit mengambil pelajaran dari proses test hari ini. Pertam, dari proses seleksinya saya melihat bahwa test mereka tidak seperti di Indonesia, yang hanya based on paper yang kiatnya bisa dipelajari. Mereka mencari orang yang bisa bekerja bukan mencari orang yang pintar.
Kedua, selain itu ada juga cerita yang sekejap terlihat dan terdengar oleh saya. Ada seorang wanita muda masih berperawakan oriental yang menangis di lobi hotel ditemani oleh kedua orang (yang mungkin adalah orang tuanya). Sebelum acara diskusi kelompok dilangsungkan wanita ini menyampaikan salam dari sepupunya yang juga flight attendant di Cathay Pacific kepada Flight Attendant Manager yang hanya dijawab dengan senyum. Kejadian ini juga memberikan pesan bahwa tidak ada yang namanya nepotisme di perusahaan yang mendunia. Profesionalisme di depan nepostisme.
Ketiga, pada saat diskusi kelompok saya melihat teman diskusi saya yang dipanggil besok untuk english test adalah orang yang tidak aktif dalam diskusi tadi. Pendapatnya pun dikemukakannya setelah ditanya oleh pengawas. Sedangkan 8 delapan sisanya termasuk saya cukup aktif memberikan pendapat. Pelajaran yang saya dapat, (mungkin) jika kita melamar untuk posisi terendah dalam suatu perusahaan asing, sebaiknya kita tidak perlu aktif karena kita hanya menerima order dari atasan, dan tidak perlu komentar apa-apa atas order itu.
Tapi biar bagaimana pun tidak ada yang sempurna, tetap saja ada satu sisi yang gelap yang tidak dapat diukur dengan test. Perilaku. Sekarang flight attendant mereka sedang diinvestigasi karena skandal foto yang saya sebutkan sebelumnya. Nama baik perusahaan yang mendunia ini harus dicoreng oleh foto mesum para duta perusahaan mereka.