Sewaktu jalan-jalan tanpa hasil di Jakabaring Sport City, hari minggu kemarin, saya melihat hamparan WC umum berbaris rapi di lapangan parkir Stadion Utama Jakabaring. Mengingatkan saya akan WC Umum di Kuala Lumpur.
Siang itu saya berjalan menuju KL Tower dari Twin Towers (Petronas) melalui jalan P.Ramlee. Udara panas membuat saya banyak mengkonsumsi air minum yang mengakibatkan saya ingin buang air kecil. Di persimpangan jalan Sultan Ismail dan jalan P. Ramlee, saya melihat suatu kios terbuat dari aluminium. Tertulis "tandas awam" di dampingi tulisan "public toilet". Tampak seorang wanita menjaga tandas itu. Saya mencoba menanyakan bagaimana menggunakannya dan wanita yang ternyata berasal dari Sumatera Barat ini menjelaskan bahwa saya harus membayar sejumlah uang menggunakan tandas tersebut. Untuk aktivitas selama 15 menit, kita harus memasukan koin seharga 20 sen. Setelah masuk ke dalam tandas yang berukuran kurang lebih 4 meter persegi ini ternyata nyaman sekali karena terasa sejuk dan tidak berbau. Fasilitas seharga kurang lebih Rp. 600,- ini adalah 2 tempat buang air besar, 1 tempat cuci tangan, 1 tempat meletakkan bayi, tisu dan air yang bersih. Rasa sayang waktu 15 menit tidak dimanfaat semaksimal mungkin. Hati-hati saja dengan tandas ini, jika waktu habis maka pintu akan terbuka otomatis.
Sewaktu menggunakan WC umum untuk pesta olah raga bertaraf Asia Tenggara yang saya dapatkan adalah kepengapan. Bahan fiber yang menghasilkan panas membuat saya sangat tidak nyaman berlama-lama di WC Umum ini. Memang WC Umum ini tidak dijaga dan gratis tapi fasilitasnya juga rendah. Sehabis melaksanakan kewajiban buang air kecil, air untuk menyiram tidak keluar. Waktu 1/2 menit di WC Umum ini sangat menyiksa hidung.
Ada yang bilang, cermin budaya suatu bangsa dapat dilihat dari kamar kecilnya. Kalau kamar kecilnya seperti di Indonesia, budaya apa yang hendak dicitrakan dengan segala yang jorok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar