Jumat, 21 September 2012

Cobalah Mengerti Sobat

Sebagai orang belakang layar, saya sangat jarang sekali berkendara pada saat kerja, sehingga hari Sabtu dan Minggu saya manfaatkan untuk menikmati jalan-jalan Palembang dengan berkendara. Tapi kenikmatan itu terganggu ketika saya melintas di depan bekas rumah sakit Ernaldi Bahar. Kendaraan menyemut dan merayap dari kejauhan sekitar ratusan meter. Akhirnya saya sampai juga di tempat yang menyebabkan macet setelah hampir merayap sekitar belasan menit.


Ternyata banyaknya para pengendara yang tidak bisa membaca rambu huruf S yang dicoret yang dipasang di depan komplek sekolah Muhammadiyah sebelum fly over simpang Polda. Mobil dan motor seenaknya saja menghentikan bahkan memarkirkan kendaraanya hingga berlapis-lapis. Rambu dipasang dengan huruf S dicoret artinya menghentikan kendaraan saja dalam waktu tidak lama saja tidak diperbolehkan apalagi sampai memarkirkannya dalam waktu yang lama bahkan sampai berlapis. Halte Transmusi pun dihadanag oleh kendaraan yang tidak mengerti betapa pentingnya angkutan umum bagi masyarakat umum. Ironisnya sebelah komplek sekolah tersebut berdiri rumah sakit Bhayangkara yang di depannya juga terpasang rambu huruf S dicoret. 


Pihak berwenang dalam hal ini Polisi seperti tutup mata mungkin mereka selaku pribadi juga memiliki anak yang bersekolah di sekolah tersebut. Begitu juga dengan Dinas Perhubungan yang dengan sigapnya memborgol roda kendaraan yang memarkirkan kendaraanya di Jalan Lingkaran Dempo secara berlapis. Padahal sepengamatan saya tidak ada rambu dilarang berhenti atau parkir yang terpasang di jalan tersebut.


Kita semua seharusnya mengerti mengapa dipasang rambu dilarang berhenti di sekitar komplek sekolah Muhammadiyah tersebut. Mengapa juga didirikan halte Transmusi di depan komplek sekolah tersebut. Mengapa juga dibangun fly over dengan harga yang tidak murah di sekitar komplek sekolah tersebut. Bagaimana jika ada mobil ambulance yang hendak membawa orang yang sedang menghadapi mautnya ternyata kita menyebabkan mereka tidak dapat cepat ditolong. Kita melaksanakan kepentingan kita asalkan dipergunakan dengan bijak dengan tidak mengganggu kepentingan orang lain yang lebih banyak. Mungkin memang budaya kita yang dulu diajarkan untuk mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi sudah diluar kepala kita sehingga mengedepankan senang lihat orang susah dan susah lihat orang senang.


Semoga para orang tua yang anaknya sekolah dapat memberikan teladan bagi anaknya untuk menghargai kepentingan umum. Kepada pihak berwenang mohon dapat melaksanakan hukum pada negara yang katanya berdasarkan hukum dengan lebih tegas demi generasi penerus bangsa yang beradab.  

1 komentar:

  1. memang cak itulah nak diapoke lagi...dikasi tau neka' galo wong palembang

    BalasHapus