Pertama kali menginjakkan kaki di negara tetangga Singapura tahun 2006 melalui Harbour Front, yang terlihat adalah kecanggihan teknologi negara ini. Dalam kantong celana saya terdapat uang logam ratusan rupiah warna kuning. Sewaktu melalui pemeriksaan di Batam Center hal tersebut tidak terdeteksi oleh alat Indonesia. Begitu melalui alat di Singapura, saya ditahan oleh petugas sana. "Open it" sambil menunjuk saku celana saya. Ternyata uang logam Indonesia terdeteksi di Singapura. First impress, bagaimana canggihnya teknologi kota ini.
Keluar dari sana, bus yang membawa rombongan kami berhenti di persimpangan (lampu merah). Di sana pun terpasang CCTV (Close Circuit Television) yang siap memantau pelanggaran yang terjadi di jalan raya. Pemandu wisata pun menyatakan bahwa setiap pelanggaran akan terpantau melalui CCTV tersebut dan akan diberikan surat ke rumah mereka. Apa benar ? Setidaknya hal ini belum terbukti karena saya belum pernah melakukan pelanggaran lalu lintas di Singapura.
Tiba di hotel, teknologi lain yang diberikan ada minum langsung dari kran air. Kalau di Indonesia jangan pernah mencobanya kecuali perut Anda memang kuat untuk itu. Pertamanya ragu dan sempat menanyakan kebenarannya kepada pihak hotel. "Can i drink the water from the pipe directly ?" tanyaku dengan sedikit keraguan. "Off course" jawab mereka. Seketika itu juga aku tutup teleponku. Puji Tuhan tidak ada gangguan dengan perutku di sana.
Teknologi lainnya adalah penyiraman otomatis di toilet umum. Sewaktu sampai di toilet di seputaran Bugis Junction, kami binggung untuk menyiram hasil buang air kecil kami, karena biasanya terdapat tombol untuk melakukan "flush" atas "air seni". Tapi tombol itu tidak ada, ternyata alat itu melakukan penyiraman otomatis dengan bantuan panas tubuh. Tapi sekarang hal ini juga telah diterapkan pada pusat-pusat perbelanjaan termuka di Jakarta. Lumayan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar