Senin, 23 Februari 2009

Super Perfect

"dia menghina saya!" atau "saya terhina!"

Tanpa disadari itu yang terucap jika merasa demikian, siapapun kita. Pengungkapan secara emosional atau blak-blakan, dijadikan konsumsi publik atau diramaikan sendiri, bukan masalah penting. Hal sepele atau besar tak jadi soal jika itu berkaitan dengan harga diri. Tapi jika mungkin kita tersadar sebentar dari tingginya harga diri, mungkin kita akan menyadari sebaiknya kata-kata itu tak harus diucapkan. Kenapa? karena kita memang cuma manusia. Manusia diciptakan dan terlahirkan hina. Nggak setuju? sah-sah saja.
Coba deh kita sedikit mencuri waktu atau bersikap seakan-akan religius. Semua insan tahu seorang Adam sudah memakan buah terlarang, meskipun Tuhan berkata jangan. Tuhan tahu Adam tidak akan pernah sanggup menanggung beban dari buah terlarang jika dia memakannya, karena itu merupakan lambang kesempurnaan. Namun karena dia tetap melakukannya maka harus pula menerima konsekuensinya yaitu ketidaksempurnaan. Dan Adam pun diturunkan ke bumi sebagai gudangnya ketidaksempurnaan.
Jadi kenapa kita harus bersinggungan jika dituduh sebagai terhina? bukankah itu salah satu dari ketidaksempurnaan. Toh, kita juga sering berkata-kata "Tidak ada manusia yang sempurna".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar