Rabu, 30 November 2011

Apakah enak jadi Bos?

Terkadang menjadi seorang supervisor atau atasan terhadap beberapa staff terlihat nyaman sekali. Tentu penghasilan lebih besar dari staff dan memiliki "kekuatan" bertindak lebih besar dibanding staff. Tapi secara psikologis, jadi seorang "bos" tidak seperti dibayangkan. Menurut Allison Green, ada beberapa hal yang tidak mengenakan sebagai "bos"

  1. Sebagai bos, kita terkadang membuat keputusan yang tidak populer terhadap staff. Misalnya memerintahkan staff untuk mempercepat masa cuti karena hal-hal mendesak.
  2. Sebagai bos, kita harus mengatakan bahwa kinerja staff kita tidak baik bahkan buruk. Untuk melakukan penilaian, kita ingin semua staff kita berkinerja baik, dan tidak semua orang suka dikatakan bahwa kinerjanya jelek
  3. Sebagai bos, kita harus berani memecat staff yang tidak produktif. Perlu persiapan mental yang baik untuk mengatakan bahwa besok kamu tidak perlu kerja lagi karena kamu dipecat
  4. Sebagai bos, kita harus berani mengatakan "tidak". Mengatakan "tidak" untuk staff yang hendak meminta kenaikan gaji atau liburan panjang
  5. Sebagai bos, kita harus dapat menjadi orang yang dipersalahkan pemilik atas kesalahan yang dilakukan oleh staff kita. Staff adalah tanggung jawab kita, kesalahan mereka adalah kelemahan supervisi kita terhadapnya
  6. Sebagai bos, keputusan yang kita buat adalah pertaruhan atas jabatan kita. Memang tidak ada yang sempurna, tentunya setiap keputusan tetap dimungkin memiliki kelemahan. Tugas bos-lah yang meminimalisir kelemahan-kelemahan tersebut
  7. Sebagai bos, kita harus menegakan keputusan pemilik yang mungkin juga tidak kita sukai. Misalnya keputusan tidak memberikan bonus harus disampaikan kepada seluruh bawahan, yang juga termasuk kita juga tidak menerima bonus
  8. Sebagai bos, tindak tanduk kita akan menjadi bahan pembicaraan staff kita. Misalnya kita telah masuk kantor, pasti akan jadi bahan pembicaraan staff kita
  9. Sebagai bos, kita harus siap tidak disukai staff kita yang bukan penjilat. Tidak semua orang akan bermanis muka dan menerima setiap perkataan dan perbuatan kita. Mungkin dalam suasaan hati yang tidak baik, kita bisa memutuskan keputusan tanpa menggunakan logika yang berdampak buruk bagi staff kita yang juga bersuasana hati tidak baik juga
  10. Sebagai bos, kita akan memiliki jarak pertemanan dengan staff kita. Jarak antara bos dan staff pasti ada, sebagai bos yang baik tentunya jarak pertemanan akan semakin sempit, tapi tetap berjarak.

Minggu, 20 November 2011

Palembang (belum) Bisa (Mengurus Parkir)

Hari Sabtu, tanggal 19 November 2011, saya bermaksud menyaksikan laga bola voli di Palembang Sport & Convention Centre (PSCC). Kendaraan pribadi diarahkan untuk diparkirkan di halaman gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatera Selatan. Banyak kendaraan yang sudah diparkir di sana. Saya pun berjalan kaki menuju tempat pertandingan yang berada di seberang gedung DPRD Sumatera Selatan. Oleh karena tertulis di pintu masuk "tempat sudah penuh" dan orang-orang sudah menyemut di depan pintu masuk PSCC, maka saya putuskan untuk tidak menonton dan kembali.

Sesampai di halaman DPRD saya langsung menghampiri motor saya. Saat saya hendak keluar saya ditagih oleh seorang pemuda menggunakan safari berwarna coklat muda. "Parkir Pak!" pintanya. Saya balas dengan pertanyaan "Berapa?". "Rp. 2.000,-" jawabnya. "Karcisnya mana?" tanya saya lagi. "Ini kan SEA Games" jawabnya. Aneh sekali di halaman gedung DPRD Sumatera Selatan pun berkeliaran juru parkir liar.


Di Negara berdasarkan hukum, Indonesia, selama SEA Games tidak ada hukum


Harian Sumatera Ekspress, hari ini, tanggal 21 November 2011, memberitakan tarif parkir (yang) melambung (pada halaman 19) di kawasan Jakabaring Sport City. Juru parkir liar merajalella karena banyak setoran ke pemilik lahan, koordinator parkir dan oknum polisi. Inasoc pun menyatakan bahwa jika ada pungutan lebih berarti parkir liar. Pantas saja, kendaraan yang terparkir di kawasan Jakabaring Sport City seperti dibiarkan oleh polisi berantakan dan mengakibatkan kemacetan. Dan kalaupun sudah tahu itu liar kenapa tetap menjamur. Mengurus masalah parkir saja belum bisa mau mengurus perhelatan SEA Games 2011. "Kita bisa (malak)"  


Dalam (retorika) http://bg1a.platmerah.net/?nmodul=berita&bhsnyo=id&bid=413 tertulis bahwa mulai 03 Oktober 2011, Palembang menaikan tarif parkir berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 16/2011. Kepala Dinas Perhubungan Kota Palembang, Masripin Thayib, melalui Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian Operasional, Pathi Riduan mengatakan besarnya kenaikan tarif parkir yaitu untuk kendaraan roda dua yang sebelumnya hanya Rp. 500 menjadi Rp. 1.000. kendaraan roda empat Rp. 1.000 naik menjadi Rp. 2.000. Pathi menambahkan, dalam pelayanannya, juru parkir akan memberikan karcis resmi kepada konsumen. Konsumen dapat melapor bila ada keluhan dengan mencatat nomor lambung jukirnya dan melaporkannya ke pihak Dishub.

Sabtu, 19 November 2011

Baris-Berbaris dengan Celana Renang


Tim polo air putra Singapura merayakan kesuksesannya meraih medali emas SEA Games XVI dengan bergerak jalan di depan hotel tempat menginap.  Sabtu pagi, tanggal 19 November 2011, sekitar pukul 08:45 WIB, mereka berkumpul membentuk barisan di depan Hotel Budi. Uniknya mereka melakukan gerak jalan dengan mengenakan celana renang, jaket latihan mereka, tutup kepala renang dan medali emas yang terkalung. Mereka bergerak jalan layaknya barisan tentara menuju Ramayana Departemen Store.
Setelah melakukan ritual unik ini mereka menghabiskan sarapan mereka juga dengan mengenakan kostum yang sama. Sayangnya tim polo air putri Singapura yang mendapatkan medali emas juga di SEA Games XVI tidak melaksanakan ritual seperti tim polo air putra Singapura. Pasti yang menonton ritualnya lebih banyak dibandingkan tim putranya.
Ada-ada saja cara merayakan kemenangan J

Senin, 14 November 2011

Tandas Awam dengan WC Umum

Sewaktu jalan-jalan tanpa hasil di Jakabaring Sport City, hari minggu kemarin, saya melihat hamparan WC umum berbaris rapi di lapangan parkir Stadion Utama Jakabaring. Mengingatkan saya akan WC Umum di Kuala Lumpur. 

Siang itu saya berjalan menuju KL Tower dari Twin Towers (Petronas) melalui jalan P.Ramlee. Udara panas membuat saya banyak mengkonsumsi air minum yang mengakibatkan saya ingin buang air kecil. Di persimpangan jalan Sultan Ismail dan jalan P. Ramlee, saya melihat suatu kios terbuat dari aluminium. Tertulis "tandas awam" di dampingi tulisan "public toilet". Tampak seorang wanita menjaga tandas itu. Saya mencoba menanyakan bagaimana menggunakannya dan wanita yang ternyata berasal dari Sumatera Barat ini menjelaskan bahwa saya harus membayar sejumlah uang menggunakan tandas tersebut. Untuk aktivitas selama 15 menit, kita harus memasukan koin seharga 20 sen. Setelah masuk ke dalam tandas yang berukuran kurang lebih 4 meter persegi ini ternyata nyaman sekali karena terasa sejuk dan tidak berbau. Fasilitas seharga kurang lebih Rp. 600,- ini adalah 2 tempat buang air besar, 1 tempat cuci tangan, 1 tempat meletakkan bayi, tisu dan air yang bersih. Rasa sayang waktu 15 menit tidak dimanfaat semaksimal mungkin. Hati-hati saja dengan tandas ini, jika waktu habis maka pintu akan terbuka otomatis.


Sewaktu menggunakan WC umum untuk pesta olah raga bertaraf Asia Tenggara yang saya dapatkan adalah kepengapan. Bahan fiber yang menghasilkan panas membuat saya sangat tidak nyaman berlama-lama di WC Umum ini. Memang WC Umum ini tidak dijaga dan gratis tapi fasilitasnya juga rendah. Sehabis melaksanakan kewajiban buang air kecil, air untuk menyiram tidak keluar. Waktu 1/2 menit di WC Umum ini sangat menyiksa hidung.

Ada yang bilang, cermin budaya suatu bangsa dapat dilihat dari kamar kecilnya. Kalau kamar kecilnya seperti di Indonesia, budaya apa yang hendak dicitrakan dengan segala yang jorok. 

Parkir/Pemalak ?

Hari Kamis, 10 November 2011, sekitar pukul 19:30an WIB, saya mengambil motor saya yang diparkir di dekat pintu gerbang Benteng Kuto Besak. Sebagai wajib retribusi yang baik, saya menyerahkan uang Rp. 1.000,- sebagai retribusi parkir kepada seorang petugas parkir yang mengenakan seragam berwarna oranye."Duo ribu kak" minta petugas itu, "Mana karcisnya?" pinta saya. Dibalas dengan jawaban "kan lagi ado event jugo (Palembang Expo)". Saya langsung berlalu saja tanpa diberikan karcis sebagai bukti bahwa saya ikut menyukseskan pembangunan daerah. Laju saya terhenti di depan Restoran Musi River karena rombongan obor SEA Games hendak singgah di Plaza Benteng Kuto Besak. Di sekitarnya terdapat juga petugas parkir liar yang mengenakan baju bertuliskan LAPD. Padahal malam itu banyak sekali petugas TNI, Polisi, Pol PP dan Dishub bertugas di sana. Bisa-bisanya ikon kota Palembang dikelola oleh petugas liar (tidak resmi). Bagaimana kita mau jadi kota internasional kalau semuanya tidak mengerti apa pentingnya retribusi itu bagi pembangunan kota kita (yang katanya sangat kita cintai)?

Minggu, 13 November 2011

Palembang (belum) Bisa !!!


Hari Minggu, 13 November 2011, seperti hari yang baik untuk menikmati pertandingan-pertandingan SEA Games XVI di Jakabaring Sport City. Jam 10:11 WIB, saya menunggu Bus Rapid Transit Trans Musi (BRT-TM) di halte Palembang Trade Center. Meski tidak penuh sesak, isteri saya yang sedang hamil 6 bulan, ibu saya berumur 60 tahun dan adik perempuan saya berumur 28 tahun, tidak dapat duduk karena bangku sudah ditempati oleh anak muda yang tidak mengerti budaya toleransi terhadap wanita hamil dan orang tua. Oleh karena disarankan petugas BRT-TM untuk transit di Pasar Gubah, kami pun terperangkap di halte tersebut. Penuh sesak sampai ke trotoar. Setelah 3 bus yang penuh sesak berlalu akhirnya kami dapat duduk dengan tenang. Ternyata di halte Mesjid Agung keadaan lebih parah, dimana lautan manusia yang menyemut di halte terbuka. Dari anak-anak sekolah sampai orang tua menyuratkan wajah lelah menunggu dan cemas. Bus kami pun langsung penuh dan AC pun sepertinya tidak lagi dapat menyejukan ruang bus.
Mobil Parkir di bahu jalan dan trotoar
yang diperuntukan pejalan kaki
Sesampai di halte simpang Jakabaring, halte lebih penuh sesak lagi saat kami harus kembali transit kembali. Bahkan kesesakan di halte ini mengundang seorang jurnalis dari televise asing untuk mengabadikan kesemerawutan siang itu. Setelah dapat bus, saya terkesima dengan seorang pria berkaos olah raga yang melantangkan untuk memberikan tempat duduk kepada ibu hamil dan wanita tua. “Jangan memalukan orang Kalimantan, tolong kasih tempat duduk untuk ibu hamil dan ibu-ibu.”Petugas BRT-TM hanya menghimbau untuk membayar tiket bagi yang belum mempunyai tiket.

Pejalan kaki tergusur kendaraan yang mengambil trotoar
Selama perjalanan menuju Jakabaring Sport City, kami disuguhi oleh kesemerawutan. Mobil dan motor yang parkir di bahu jalan dan pedestrian (trotoar). Parkir di tempat yang dilarang bahkan parkir tepat di depan halte BRT-TM Bank Sumselbabel. Selain BRT-TM yang tidak dapat berhenti di hatlenya, para pejalan kaki pun harus berjalan di jalan raya yang sangat berbahaya. Jika saja pedagang dan kendaraan ini ditertibkan niscaya kemacetan dan kesemerawutan tidak akan kita suguhkan ke Asia Tenggara.
Kolam Dekranasda yang kotor dan penuh sampah
Karena penuh dan bertepatan dengan jam makan siang, kami putuskan untuk berkunjung ke Sriwijaya International Expo di Dekranasda Jakabaring. Bus tidak dapat berhenti di haltenya karena tertutup banyaknya mobil yang tidak mengerti aturan parkir di depan halte. “International” ala Indonesia adalah pasar malam dan kaki lima. Sepanjang pintu masuk “International Expo” dipenuhi dengan pedagang kaki lima yang menjajakan dagangan di sepanjang jalan yang menambah kemacetan. Di gerbang pintu masuk, kami disambut dengan kolam yang dipenuhi sampah. Dan di dalam tenda ber-AC kami disuguhi dengan pengunjung pedagang yang buta huruf. Mereka tidak dapat membaca tulisan “No Smoking”. Mungkin itu ditulis dalam bahasa Inggris, tapi jika tertulis dalam bahasa Indonesia, saya rasa tidak ada perubahannya.
Perokok di ruang Pameran Sriwijaya International Expo
International Expo ini tidak dilengkapi dengan pusat informasi. Kita seperti orang kehilangan arah tentang di mana kamar kecil? Tidak ada satu pun petugas resmi yang dapat memberikan informasi ini. Bertanya saja kepada pedagang sekitar kita membutuhkan kamar kecil. Bagaimana caranya hendak ke Jakabaring Sport City dari Dekranasda Jakabaring? Mengenai hal ini saya coba bertanya kepada seorang pengemudi bajaj umum di depan pintu gerbang Dekranasda Jakabaring. Beliau menjajakan jasa tersebut dengan tarif Rp. 5.000,- per kepala. Maksimal mereka mengangkut 4 orang.

Sampai juga di pintu masuk Jakabaring Sport City. Kesesakan lagi yang dipertontonkan oleh pihak panitia. Orang diperiksa satu per satu sebelum memasuki Jakabaring Sport City. Mereka hanya memeriksa kepemilikan rokok. Rokok dilarang masuk area Jakabaring Sport City. Becak, mobil bahan bakar gas (BBG) dan shuttle bus tampak semerawut menurunkan dan menaikan pengunjung. Tidak ada halte khusus sehingga mana kendaraan yang kosong pasti akan diserbu oleh pengunjung.
Rebutan Mobil BBG untuk Keluar Jakabaring Sport city
Kami akhirnya mendapatkan mobil BBG setelah berhasil rebut-rebutan dengan pengunjung lain. Kami turun di venue Aquatic Centre. Di venue ini tidak ada tempat perhentian resmi. Pengunjung diturunkan seenaknya saja oleh pengemudi. Semerawut di luar semerawut di dalam. Ramai sekali pengunjung sore itu, sehingga tidak ada lagi tempat bagi kami untuk menyaksikan serunya pertandingan renang sore itu. Kios Information Center tidak ada petugasnya sehingga kembali kami harus kebingungan untuk mengetahui informasi pertandingan dan suasana Jakabaring Sport City.
Pengemudi Becak yang mengangkut orang tidak bertanda pengenal
Kami putuskan pulang saja karena waktu sudah mulai menunjukkan pukul 15:03 WIB. Kami berencana menggunakan jasa becak, tapi juru mudinya mengatakan bahwa mereka hanya mengangkut orang yang menggunakan kartu pengenal (panitia atau atlet) atau dengan kata lain becak ini bukan untuk pengunjung.

Shuttle bus dan mobil BBG yang kami hendak naiki selalu mengatakan bahwa mereka hendak mengantar atlet dan panitia. Sekitar 1 jam kami hanya mondar-mandir meminta mereka mengantarkan kami menuju pintu keluar Jakabaring Sport City. Mobil truck polisi pun dinaiki oleh pengunjung yang kesal hendak pulang. Kami pun putuskan untuk berjalan kaki bersama penunjung yang lain menuju pintu keluar yang jaraknya mencapai kiloan meter.

Begitu melewati area parkir stadion utama, kami menghampiri sebuah mobil BBG yang sedang menurunkan properti untuk keperluan panggung. Kendaraan itupun kami “bajak” untuk mengantar kami ke pintu keluar. Dalam perjalanan keluar, pengemudi yang tidak muda lagi ini menginformasikan bahwa mereka diwajibkan memprioritaskan atlet. Jika atlet sudah terangkut maka prioritas kedua adalah panitia dan terakhir adalah pengunjung. Seharusnya dibagi jenis kendaraannya.
Perokok di Food Court & Souvenir, padahal tertulis "No Smoking"
Seharusnya panita membagi jenis kendaraan untuk masing-masing kepentingan. Misalnya Shuttle Bus dan sepeda dipergunakan untuk atlet, sedangkan panitia menggunakan mobil golf. Sedangkan mobil BBG dipergunakan untuk pengunjung, atau mobil BBG yang berwarna tertentu diperuntukan untuk panitia.
Satu lagi orang yang tidak tahu arti "No Smoking"
Sesampai di pintu keluar kami sedikit melemaskan otot dengan berkunjung ke gedung Food Court & Souvenir. Suara live music sedikit mencairkan kekesalan dan kelelahan kami. Tapi di dalam ruang ber-AC ini terdapat panitia yang dengan santainya mengepulkan asap rokoknya. Tidak ada penjagaan pada gedung ini. Padahal sebelum masuk area Jakabaring Sport City semua orang diperiksa tentang pemilikan rokok ini. Yang membawa akan disita oleh panitia, bahkan di pintu masuk gedung Food Court & Souvenir tertulis “No Smoking”. Apa panitia itu memberikan merokok hasil sitaan di pintu masuk? Entahlah.

Dalam gedung Food Court & Souvenir terdapat kios Information Center. Saya coba menanyakan bagaimana hendak berkunjung ke berbagai tempat pertandingan untuk minggu depan. Petugas Information Center itu menyatakan bahwa mereka hanya memberikan informasi mengenai Food Court & Souvenir saja. Dalam benak saya, panitia bekerja tidak terintegrasi atau bekerja sendiri-sendiri. Information Center yang sangat tidak berguna.
Parkir berlapis di bahu jalan mempersempit jalur kendaraan menjadi 2 jalur
Keluar dari Jakabaring Sport City, pemandangan lautan orang yang tidak terangkut. Kemacetan yang siang tadi ternyata sampai sore tetap disuguhkan kepada semua masyarakat Asia Tenggara. Tidak ada tempat lagi buat kami di halte Jakabaring Sport Center sehingga kami putuskan untuk menelepon layanan taksi yang memiliki call center 24 jam. Telepon ke nomor tersebut tidak ada yang menjawab. Ternyata isteri saya menyimpan nomor salah satu juru mudinya. Setelah terhubung beliau menolak menjemput kami di Jakabaring dengan alasan kemacetan. Taksi berskala nasional ini terlihat mondar-mandir juga di kawasan Jakabaring, tapi begitu kami memberikan tanda untuk menggunakan jasa mereka menolak dan berlalu. Ada sekitar 3 taksi yang berlalu meninggalkan kami. Sungguh tidak berguna juga taksi ini beroperasi di Palembang.

Kami putuskan berjalan menuju halte Bank Sumselbabel yang juga telah dipenuhi orang-orang yang hendak pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 17:31 WIB, BRT-TM yang selalu penuh sesak hanya melalui halte kami dengan lambaian tangan.

Tidak ada angkutan umum lain selain BRT-TM yang dapat menuju Jakabaring Sport Center. Becak menjadi alternatif terakhir setelah BRT-TM yang selalu penuh sesak. Becak dari Bank Sumselbabel menuju simpang Jakabaring dipatok oleh mereka seharga Rp. 20.000,- Mau tidak mau kami naik becak menuju simpang Jakabaring agar dapat melanjutkan perjalanan pulang menggunakan angkutan umum lainnya.

Saran saya jika hendak menyaksikan SEA Games XVI di Jakabaring Sport City adalah:
1.       Pergilah pada pagi hari untuk menghindari kesesakan dalam BRT-TM
2.       Bawalah air minum dan makanan yang cukup, topi atau payung untuk menjaga stamina dari suasana yang sangat padat
3.       Pergunakan alas kaki yang nyaman karena akan banyak melakukan aktivitas dengan kaki
4.       Bawalah barang seperlunya saja dan uang yang cukup banyak. Susah sekali mencari anjungan tunai mandiri di kawasan Jakabaring
5.       Tidak membawa wanita hamil, anak-anak belum sekolah, dan orang tua 
6.       Jika berpergian menggunakan kendaraan pribadi, tidak parkir di bahu jalan dan trotoar.

Rabu, 09 November 2011

10 Negara Tersulit Berbisnis (Bank Dunia 2010)


Bank Dunia telah melakukan studi tentang "Kemudahan Melakukan Bisnis". Indikator yang digunakan adalah kemudahaan memulai usaha, perizinan, perpajakan, dan hukum perlindungan investor. Dari 183 negara yang disurvei oleh Bank Dunia, diklasifikasikan 10 negara tersulit untuk berbisnis di dunia, mereka adalah :

Argentina
Negara juara 2x Piala Dunia ini adalah negara yang sulit dalam memberikan perizinan. Dibutuhkan waktu sampai 1 tahun untuk mendapatkan izin usaha di Argetina. Rata-rata negara Amerika Latin membutuhkan waktu 6-7 bulan untuk menerbitkan perizinan. Preseden buruk kegagalan pembayaran pemerintah terhadap surat utang pada tahun 2002 menjadi faktor psikologis tersendiri untuk investor menanamkan modal di negara Tango ini

Rusia
Negara yang dulunya merupakan adikuasa bersama Amerika Serikat ini mengalami hal krusial dalam hal perlistrikan. Dibutuhkan waktu lebih dari 9 bulan untuk mendapatkan sambungan listrik di negara Vladimir Putin ini atau lebih dari 2x waktu yang dibutuhkan dari rata-rata negara Eropa lainnya dalam mendapatkan sambungan listrik. 

Venezuela
Ketatnya perdagangan ekspor impor, susahnya mendapatkan kredit dan rumitnya sistem pembayaran pajak di negara Hugo Chavez ini menjadi faktor utama susahnya berbisnis di sini. Dibutuhkan waktu lebih dari 864 jam untuk melakukan pembayaran pajak di negara ini. Selain itu negara ini memiliki tingkat inflasi yang atau mencapai 26% per tahun menjadi faktor penghambat lainnya. 

Brazil
Negara penyelenggara Piala Dunia 2014 ini mengalami masalah dalam bidang perpajakan. Dibutuhkan waktu sekitar 2600 jam setahun untuk mengisi form pajak di negara dengan kekuatan ekonom ke-8 di dunia. Total pajak yang dibayar pun bisa mencapai 67 persen pertahun dan sangat memberatkan para investor untuk berusaha di negara Samba ini. Selain itu perizinan di negara ini harus melalui 17 prosedur yang memakan waktu sekitar 270 hari.

Ukraina
Negara yang baru merdeka tahun 1991, mengenakan total pajak 57% dari keuntungan perusahaan yang bernvestasi di sana. Selain tarif yang besar, diperlukan waktu sekitar 27 hari hanya untuk melakukan pembayaran pajak. Selain itu akses listrik yang tidak merata dan sulitnya mendapatkan izin konstruksi menjadi faktor berikutnya yang menghambat berbisnis di negara pecahan  Uni Soviet ini.

Indonesia
Banyak masalah yang menghambat bisnis di negara ini. Tidak tersedianya listrik bagi sekitar 15 juta rumah tangga, sulitnya mendapatkan sambungan listrik, dan yang paling menjadi isu seluruh dunia tentang Indonesia adalah buruknya infrastruktur. Jalan yang rusak, dermaga yang terbatas dan tidak meratanya bandara menjadi titik penting sulitnya berinvestasi di negara bekas jajahan Belanda dan Jepang ini.

Nigeria
Negara penghasil minyak terbesar di Afrika ini menghadapi masalah sosial cukup parah. Ketidakstabilan suhu politik dan kerusuhan etnis dan agama menyebabkan banyak perusahaan berpikir berkali-kali untuk berbisnis di negara ini. Selain itu tingginya aksi kejahatan juga cukup berperan mematikan investasi di negara ini.

India
Negara ekonomi terbesar ke-4 di dunia ini membutuhkan waktu lebih dari 7 bulan untuk menerbitkan 1 izin. Negara asal buku Kama Sutra ini, juga hijau akan praktek korupsi dan peradilan yang  memakan waktu lebih dari 4 tahun untuk memutuskan perkara bisnis

Filipina
Negara kepulauan di Laut Cina Selatan ini menghadapi masalah ketidakstabilan hukum, dan birokrasi yang menghambat pebisnis berinvestasi di negara yang sekarang dipimpin oleh Beniqno Aquino

Aljazair
Negara pemasok gas alam terbesar ke Eropa ini bermasalah dengan sistem perpajakan, pendaftaran properti dan sambungan listrik. Penghambat lainnya adalah anggaran belanja negara yang tidak mengukur kepatutan belanja upah pegawai publik dan subsidi pangan.